Translate
Sabtu, 26 Mei 2012
Senin, 21 Mei 2012
My WPAP :) Colour JORDAN PUNDIK
Pundik is a founding member and the frontman of rock band New Found Glory, for whom he sings lead vocals and contributes lyrics. He is also the guitarist in the band's side-project, the International Superheroes of Hardcore, where he performs under the pseudonym of "Chugga Chugga".Contents [hide]
Biography
Jordan Pundik was born in Englewood, New Jersey to Carlos and Maureen Pundik. His family moved to Pompano Beach, Florida when he was 3 years old. He has a brother named Daniel and a sister named Edra.
Musical career
The origins of the band New Found Glory date back to the summer of 1997 when Pundik met Chad Gilbert at J.P. Taravella High School and the pair began writing music together. Pundik later stated the band name was created whilst he and Klein were working in Red Lobster together. Pundik says, "We came up with A New Found Glory, we wrote it on a napkin. I think we pulled some of it from "A Newfound Interest in Massachusetts" by the Get Up Kids". They recruited friend Ian Grushka on bass, who they had previously played with in a band named "Inner City Kids". The band practiced in Grushka's garage, and later invited Joe "Taco Joe" Moreno to play drums. Shortly thereafter, Chad Gilbert (lead guitar), former vocalist of Shai Hulud, joined to complete the quintet.
In addition to his work with New Found Glory, Pundik has also collaborated with many artists. His vocals also appear on the tracks "Kings of Hollywood" and "You're Not Alone" on MxPx's 2003 release Before Everything & After. He also does backup vocals for the song "Cat Like Thief" by Box Car Racer. Jordan also appears on the Hope After the End/A Stab In The Dark split EP with Ned Harrington. In 2004, he appeared on the Breakdance Vietnam song "Graves of Mistakes" from the album Memories of Better Days, released on Broken Sounds Records. Jordan also contributed vocals on "You're the Wanker, If Anyone Is" by Say Anything alongside bandmate Chad Gilbert. Jordan also contributed vocals on the b-side track titled "The Lost Boys" by Set Your Goals. Jordan is also featured in the band Midtown's music video "Just Rock & Roll". In 2010, Pundik collaborated with Paramore's Hayley Williams and Relient K's Ethan Luck for a punk rock cover of "The Bed Intruder Song".
Rabu, 16 Mei 2012
EMO!
!
Emo (pengucapan /ˈiːmoʊ/, singkatan untuk emotional music) adalah gaya musik rock dengan ciri khas musik yang melodius, disertai lirik yang ekspresif dan berisi pengakuan. Pada pertengahan 1980-an terdapat subbudaya hardcore punk di Washington, D.C.. Musik mereka disebut emotional hardcore atau emocore, perintisnya adalah Rites of Spring dan Embrace.Punk gaya baru yang dipelopori Rites of Spring juga disebut emotive hardcore.[3] Sejalan dengan ditirunya gaya bermusik ini oleh grup-grup punk kontemporer Amerika, terjadi pergeseran dan perubahan bunyi musik dan arti, tercampur dengan pop punk dan indie rock, dan berpuncak pada awal tahun 1990-an dengan musik oleh Jawbreaker dan Sunny Day Real Estate. Pada pertengahan 1990-an grup-grup musik emo mulai bermunculan dari Amerika Serikat Tengah Barat dan Amerika Serikat Tengah, dan sejumlah label independen mulai menjadi spesialis emo. Emo mulai populer sebagai genre musik pada awal 2000-an mengikuti kesuksesan Jimmy Eat Worlddan Dashboard Confessional yang laris rekamannya hingga mendapat piringan platina, dan munculnya subgenre baru dari emo berupa screamo yang lebih agresif. Istilah emo dipakai oleh kritikus musik dan wartawan untuk menyebut musik yang dibawakan berbagai artis, termasuk Fall Out Boy danMy Chemical Romance, serta grup-grup yang unik seperti Coheed and Cambria dan Panic at the Disco.
Selain mengacu kepada musik, emo secara umum sering dipakai untuk menggambarkan hubungan khusus antara penggemar dan artis, dan menjelaskan unsur-unsur yang terkait seperti busana, budaya, dan tingkah laku.
Sejarah
Tahun 1980-an: asal usul
Emo muncul dari genre hardcore punk pada awal 1980-an di Washington, D.C. sebagai reaksi meningkatnya kekerasan di komunitas hardcore punk dan rasa ketidaksenangan terhadap Ian MacKaye dari Minor Threat yang mengubah fokus musiknya dari komunitas menjadi kepentingan politik individual. Penggemar Minor Threat bernama Guy Picciotto mendirikan Rites of Springpada tahun 1984 karena berkeinginan melepaskan diri dari batasan-batasan hardcore yang mengekang, dan menggantinya dengan gitar yang melodius, ritme yang bervariasi, dan lirik yang sangat penuh luapan emosi pribadi. Sebagian dari lirik lagu-lagu Rites of Spring telah menjadi metafora bagi pemusik emo dari generasi berikutnya, termasuk di antaranya tema-tema seperti nostalgia, kepahitan yang romantis, dan putus asa yang puitis.[Konser-konser Rites of Spring menjadi arena luapan emosi publik, para penonton sering kali menangis tersedu-sedu.Ian MacKaye berubah menjadi penggemar berat Rites of Spring, membantu rekaman satu-satunya album Rites of Spring, dan bekerja sebagai roadie dalam konser keliling. MacKaye lalu mendirikan band sendiri bernama Embrace yang mengeksplorasi tema-tema serupa mengenai pencarian diri dan pelepasan emosi. Grup-grup musik serupa bermunculan setelah adanya Revolusi Musim Panas1985 di kalangan hardcore punk Washington, D.C.. Gray Matter, Beefeater, Fire Party, Dag Nasty, Lunchmeat, dan Kingface adalah beberapa grup musik yang berperan penting waktu itu.
Asal usul dari istilah emo tidaklah begitu pasti, namun paling tidak sudah dikenal sejak tahun 1985. Menurut Andy Greenwald penulis buku Nothing Feels Good: Punk Rock, Teenagers, and Emo, "Asal usul istilah emo diselubungi misteri [...] tapi pertama kali muncul sebagai kebiasaan umum pada 1985. Kalau Minor Threat dianggap hardcore, maka Rites of Spring dengan fokus yang berbeda, bisa disebut emotional hardcore atau emocore. Michael Azerrad pengarang Our Band Could Be Your Life juga melacak asal usul kata emo: "Gaya bermusik seperti itu segera disebut 'emo-core', istilah yang dibenci oleh semua orang yang terlibat di dalamnya, walaupun istilah dan pendekatan itu berkembang paling sedikit lima belas tahun kemudian, dan melahirkan band-band yang tidak terhitung jumlahnya. MacKaye juga mengenang kembali tahun 1985, dan mengingat ada sebuah artikel di majalah Thrasher yang menyebut Embrace dan grup-grup musik lain di Washington, D.C. sebagai "emo-core". Ketika itu, ia menganggapnya "istilah paling bodoh yang pernah aku dengar seumur hidupku."Teori lain mengatakan istilah emo berasal dari penonton konser Embrace. Mereka meneriakkan kata "emocore" yang dimaksudkan sebagai ejekan bagi Embrace.Penggemar emo mengklaim bahwa MacKaye yang menciptakan istilah emo untuk mengejek dirinya sendiri di majalah, atau istilah tersebut berasal dari ciptaan Rites of Spring.[13] Walapun demikian, Oxford English Dictionary mencatat bahwa istilah emo-corepertama kali digunakan tahun 1992, sementara istilah emo mulai dikenal pada tahun 1993. Kata emo pertama kali muncul di media cetak pada tahun 1995 di majalah New Musical Express.
Perusahaan rekaman spesialis emocore dengan segera bermunculan di sekitar kalangan punk Washington, D.C., dan identik dengan grup-grup musik yang bernaung di bawah label Dischord Records milik MacKaye.[Walaupun sebagian besar dari grup-grup tersebut enggan disebut band emo, mereka menerimanya dengan terpaksa. Veteran punk Jenny Toomey mengenang "Orang yang menggunakan [istilah emo] hanyalah orang-orang yang cemburu terhadap begitu besar dan fanatiknya penggemar pada waktu itu. [Rites of Spring] sudah ada sebelum istilah emo tercipta, dan mereka membencinya. Namun terjadilah keanehan, seperti ketika orang-orang mulai menyebut musik mereka 'grunge', Anda juga mulai ikut-ikutan memakai istilah itu, walaupun mulanya Anda membencinya.
Kegemilangan emo di Washington, D.C. hanya bertahan beberapa tahun. Pada 1986, sebagian besar band-band utama, termasuk Rites of Spring, Embrace, Gray Matter, dan Beefeater sudah membubarkan diri.[17] Walaupun demikian, ide dan estetika yang berasal dari mereka dengan cepat menyebar ke seluruh Amerika Serikat lewat majalah penggemar (zine), rekaman piringan hitam, dan kabar burung. Menurut Greenwald, kalangan emo di Washington, D.C. meletakkan fondasi bagi inkarnasi grup-grup emo generasi berikutnya:
Apa yang terjadi di Washington, D.C. pada pertengahan delapan puluhan, pergeseran kemarahan menjadi aksi, dari kemarahan terpendam menjadi ketidakpastian internal, dari massa yang terindividualisasikan menjadi massa yang individual, semuanya dalam beberapa hal merupakan studi kasus bagi transformasi dunia punk nasional untuk dua dekade berikutnya. Penggambaran ide dan situasi, kekuatan musik, dan cara orang bereaksi terhadaobtam dab cara band-band menjadi jenuh dan bukan memudar, semuanya berawal dari beberapa pertunjukan pertama Rites of Spring. Fondasi emo telah diletakkan, namun secara tidak sengaja, oleh lima puluh orang atau lebih di ibu kota negara. Dan dalam beberapa hal, emo tidak akan pernah sebaik dulu dan pastinya tidak akan pernah murni lagi. Pastinya, dunia emo di Washington menerima emocore secara konsensus sebagai suatu genre.
Di kemudian hari, MacKaye dan Piccioto, bersama Brendan Canty (pemain drum Rites of Spring) membentuk Fugazi. Walaupun anggotanya terkait dengan dunia emo, Fugazi umumnya tidak diakui sebagai grup musik emo.
sumber: http://id.wikipedia.org
sumber: http://id.wikipedia.org
Sabtu, 12 Mei 2012
Misteri Penemuan Piramida Di Gunung Lalakon Bandung
Beberapa orang meyakini telah ditemukan sebuah piramida di kawasan Gunung Lalakon, Bandung, Jawa-Barat dan Gunung Saduhurip, Garut, Jawa-Barat. Penemuan itu dikaitkan dengan penemuan atlantis di Nusantara.
Oman Abdurrahman bersedia menjelaskan lebih dini soal fenomena misterius tersebut. Menurut Oman, memang ada bentuk tatanan alam di Gunung Lalakon dan Gunung Saduhurip yang mirip dengan piramida. Namun, hingga kini masih ada dua pendapat ahli tentang hal itu, satu pihak percaya, lainnya tidak.
"Ada orang yang punya hipotesis ada piramida yang dikubur yang disamarkan dengan bentuk gunung. Ada sebagian lagi geolog yang menilai itu bentukan geologi biasa saja," jelas Oman saat dihubungi detikcom.
Oman mengaku bukan sebagai peneliti utama dalam proyek tersebut. Dia menyebut rekannya di ESDM Engkon Kertapati yang terjun langsung ke lapangan dan memiliki hipotesis khusus.
"Tapi dia riset bukan karena ESDM, dia membawa yayasan Turangga Seta. Dari penelitian sementara mereka dari gambar yang saya lihat memang ada bentukan piramida itu ada," jelasnya.
Nah, temuan Engkon ini berdasarkan atas hasil penelitian menggunakan metoda geolistrik. Caranya, dengan menghantarkan arus listrik di monitor permukaan gunung.
"Dari arus listrik itu mencerminkan jenis batuan. Hasilnya, diketahui ada rongga-rongga. Kalau dalam keadaan biasa itu tidak ada," jelasnya.
Turangga Seta, sebuah yayasan yang bergerak di bidang pelestarian kebudayaan Nusantara mengklaim sebagai pihak pertama yang menemukan fenomena misterius ini. Sebelum para ahli dari LIPI maupun Badang Geologi ESDM bergerak, mereka sudah lebih dulu memposting temuan ini ke situs jejaring sosial Youtube sekitar bulan Desember 2010.
Yang jelas kita sudah masukkan ke Youtube sejak 13 Desember 2010. Kita pasang jauh hari sebelum itu. Kalau untuk Gunung Saduhurip (Garut), kita sudah posting sejak 1 Desember 2010," kata Agung Bimo Sutejo, Ketua Yayasan Turangga Seta, saat berbincang dengan detikcom.
Agung menceritakan kisah penemuan piramida itu hingga ke proses penggaliannya. Awalnya, para anggota Turangga Seta mendapati petunjuk cukup menarik dari Candi Penataran, Blitar, Jawa Timur. Di prasasti candi tersebut, ada relief yang menggambarkan kedatangan orang Mesir sedang sungkem pada anggota kerajaan.
"Lalu dari prasasti yang kita terima dari beberapa wilayah di situ, ada nama Indrajaya dan Magada," jelasnya.
Lewat petunjuk tersebut, anggota komunitas ini terus melakukan 'investigasi'. Dari sejumlah dokumen yang ditemukan, Indrajaya kemudian diketahui ada di Garut, sementara Magada di kawasan Bandung.
"Di samping itu, kita mendapatkan penjelasan lebih detail lagi dari leluhur. Ternyata, bangunan di negara kita itu tidak seperti yang tertera di sejarah resmi," ungkapnya.
"Kita bahkan mendapatkan informasi koordinat-koordinatnya sampai ke Gunung Lalakon dan Saduhurip Garut," imbuh Agung.
Sayangnya, temuan ini tidak direspons dengan baik oleh pemerintah. Menurut Agung, baik peneliti dari LIPI dan Kementerian ESDM tak mau menindaklanjuti hasil di Gunung Lalakon. Belakangan, peneliti LIPI Danny Hilman yang ikut terjun ke lokasi menyimpulkan terlalu buru-buru jika Gunung Lalakon disebut piramida.
Tentang Yayasan Turangga Seta
Kelompok ini didirikan sekitar 14 tahun yang lalu. Berawal dari rasa kecintaan terhadap sejarah Nusantara, mereka kemudian aktif bergerak mencari fakta-fakta baru tentang fenomena purba di Tanah Air.
Uniknya, yayasan ini bekerja bukan hanya mengandalkan dokumen-dokumen sejarah ilmiah, namun berkat bantuan mistis dari para leluhur. Metode yang diklaim efektif dan efisien guna membuktikan fakta sejarah.
"Kita menanyakan pada seseorang tentang sesuatu yang hidup di zamannya. Misalnya kita, 2.000 tahun lagi ditanya oleh orang yang hidup, ditanya istananya di mana, lalu tulisannya seperti apa," jelas Ketua Yayasan Turangga Seta Agung Bimo Sutejo saat berbincang dengan detikcom.
"Itu yang kita terima melalui gaib berdasarkan informasi leluhur. Walaupun bukan raja, dia pasti mengetahui lokasi di situ dan akan menunjukkannya. Demikian juga kroscek leluhur itu dan kita cari buktinya. Selama ini selalu ketemu kok," tambah Agung.
Lewat cara tersebut, Agung mengklaim selalu berhasil menemukan benda-benda purbakala yang dicari. Mulai dari candi, artefak, hingga piramida di kawasan Bandung dan Garut yang menghebohkan itu.
"Kita juga mendapatkan bukti ada lapangan terbang di Sulawesi, landasan pacu dari batu andesit (batuan yang digunakan pada zaman megalitik) dalam jarak sekian ratus meter. Tidak ada sambungan batunya," kata Agung.
Kelompok ini juga mengaku sudah berhasil menemukan bahwa sejarah Nusantara tidak sekerdil sejarah yang tertulis di buku-buku pelajaran sejarah sekolah yang resmi atau literasi sejarah yang ada. Sebaliknya, ada bukti tanda-tanda purbakala 10.000 tahun sebelum Masehi.
Yayasan yang sering berkumpul pada malam Selasa Kliwon ini juga berhasil memetakan dan mendokumentasikan lebih dari 20 jenis aksara purba asli Nusantara yang dapat dipakai untuk membaca prasasti dan rontal-rontal kuno. Cerita mitos tentang keberadaan Kerajaan Hastina Pura, Kerajaan Ngamartalaya, Kerajaan Dahana Pura, Kerajaan Gilingwesi juga berhasil dibuktikan.
"Kami juga berhasil memetakan periodesasi terciptanya bumi sampai ke titik akhir menjadi 3 Jaman Kali Jaman Besar, dan setiap Jaman Kali kami bagi menjadi 7 Jaman Kala Jaman Sedang, dan 1 Jaman Kala kami bagi menjadi 3 Mangsa Kala Jaman Kecil," klaim Agung.
Nah, Agung juga memiliki penjelasan tentang metoda mistis yang digunakan selama ini. Menurut dia, pendekatan gaib ini bisa dilatih, selama tujuannya untuk mengungkap sejarah Nusantara.
"Pada dasarnya kecepatan pandangan mata manusia 50 gambar per detik. Artinya kalau ada sesuatu yang bergerak melebihi itu tidak akan tertangkap mata kita. Nah, kalau berpuasa dia merasakan waktu berjalan lebih lama. Ini namanya denotasi waktu. Kita dalam waktu 1 menit melihat jumlah frame gambar daripada orang normal," paparnya.
"Di Turangga Seta ini dipertahankan, supaya melihat lebih besar dari yang kita lihat. Bertemu dengan leluhur, Prabu Siliwangi misalnya. Kita bertanya keratonnya di mana. Lalu kalau nulis seperti apa. Kalau dia tidak tahu, berati pasti pasti demit. Kita selalu mengkroscek satu per satu," terangnya lagi.
Sayangnya, setiap temuan yayasan ini tidak diakui pemerintah. Berbagai upaya untuk meminta dukungan sudah dilakukan, namun tak mendapat sambutan positif. Agung menduga, hal ini terjadi karena 'metoda' yang mereka gunakan berbeda dengan pendekatan pemerintah.
"LIPI tidak mau ada penemuan berdasarkan menyan. Padahal kita pakai menyan," ucapnya. "Kita sudah berusaha melaporkan ke Arkenas (Badan Arkeologi Nasional), sudah 14 tahun ini, selalu membicarakan ke mereka, tapi nggak ada respons," sambungnya.
Sebenarnya.. metode apapun yang dilakukan sah-sah saja termasuk petunjuk gaib karena dari petunjuk gaib tersebut tinggal di-ikuti saja. Nanti kan terbukti dengan sendirinya apakah petunjuk tersebut benar atau tidak. Jika benar, tentu akan ketemu benda-benda bersejarah dan ini merupakan cara yang paling murah dibanding menggunakan peralatan teknologi yang memakain biaya tidak sedikit.
Sumber : detik.com
Oman Abdurrahman bersedia menjelaskan lebih dini soal fenomena misterius tersebut. Menurut Oman, memang ada bentuk tatanan alam di Gunung Lalakon dan Gunung Saduhurip yang mirip dengan piramida. Namun, hingga kini masih ada dua pendapat ahli tentang hal itu, satu pihak percaya, lainnya tidak.
"Ada orang yang punya hipotesis ada piramida yang dikubur yang disamarkan dengan bentuk gunung. Ada sebagian lagi geolog yang menilai itu bentukan geologi biasa saja," jelas Oman saat dihubungi detikcom.
Oman mengaku bukan sebagai peneliti utama dalam proyek tersebut. Dia menyebut rekannya di ESDM Engkon Kertapati yang terjun langsung ke lapangan dan memiliki hipotesis khusus.
"Tapi dia riset bukan karena ESDM, dia membawa yayasan Turangga Seta. Dari penelitian sementara mereka dari gambar yang saya lihat memang ada bentukan piramida itu ada," jelasnya.
Nah, temuan Engkon ini berdasarkan atas hasil penelitian menggunakan metoda geolistrik. Caranya, dengan menghantarkan arus listrik di monitor permukaan gunung.
"Dari arus listrik itu mencerminkan jenis batuan. Hasilnya, diketahui ada rongga-rongga. Kalau dalam keadaan biasa itu tidak ada," jelasnya.
Turangga Seta, sebuah yayasan yang bergerak di bidang pelestarian kebudayaan Nusantara mengklaim sebagai pihak pertama yang menemukan fenomena misterius ini. Sebelum para ahli dari LIPI maupun Badang Geologi ESDM bergerak, mereka sudah lebih dulu memposting temuan ini ke situs jejaring sosial Youtube sekitar bulan Desember 2010.
Yang jelas kita sudah masukkan ke Youtube sejak 13 Desember 2010. Kita pasang jauh hari sebelum itu. Kalau untuk Gunung Saduhurip (Garut), kita sudah posting sejak 1 Desember 2010," kata Agung Bimo Sutejo, Ketua Yayasan Turangga Seta, saat berbincang dengan detikcom.
Agung menceritakan kisah penemuan piramida itu hingga ke proses penggaliannya. Awalnya, para anggota Turangga Seta mendapati petunjuk cukup menarik dari Candi Penataran, Blitar, Jawa Timur. Di prasasti candi tersebut, ada relief yang menggambarkan kedatangan orang Mesir sedang sungkem pada anggota kerajaan.
"Lalu dari prasasti yang kita terima dari beberapa wilayah di situ, ada nama Indrajaya dan Magada," jelasnya.
Lewat petunjuk tersebut, anggota komunitas ini terus melakukan 'investigasi'. Dari sejumlah dokumen yang ditemukan, Indrajaya kemudian diketahui ada di Garut, sementara Magada di kawasan Bandung.
"Di samping itu, kita mendapatkan penjelasan lebih detail lagi dari leluhur. Ternyata, bangunan di negara kita itu tidak seperti yang tertera di sejarah resmi," ungkapnya.
"Kita bahkan mendapatkan informasi koordinat-koordinatnya sampai ke Gunung Lalakon dan Saduhurip Garut," imbuh Agung.
Sayangnya, temuan ini tidak direspons dengan baik oleh pemerintah. Menurut Agung, baik peneliti dari LIPI dan Kementerian ESDM tak mau menindaklanjuti hasil di Gunung Lalakon. Belakangan, peneliti LIPI Danny Hilman yang ikut terjun ke lokasi menyimpulkan terlalu buru-buru jika Gunung Lalakon disebut piramida.
Tentang Yayasan Turangga Seta
Kelompok ini didirikan sekitar 14 tahun yang lalu. Berawal dari rasa kecintaan terhadap sejarah Nusantara, mereka kemudian aktif bergerak mencari fakta-fakta baru tentang fenomena purba di Tanah Air.
Uniknya, yayasan ini bekerja bukan hanya mengandalkan dokumen-dokumen sejarah ilmiah, namun berkat bantuan mistis dari para leluhur. Metode yang diklaim efektif dan efisien guna membuktikan fakta sejarah.
"Kita menanyakan pada seseorang tentang sesuatu yang hidup di zamannya. Misalnya kita, 2.000 tahun lagi ditanya oleh orang yang hidup, ditanya istananya di mana, lalu tulisannya seperti apa," jelas Ketua Yayasan Turangga Seta Agung Bimo Sutejo saat berbincang dengan detikcom.
"Itu yang kita terima melalui gaib berdasarkan informasi leluhur. Walaupun bukan raja, dia pasti mengetahui lokasi di situ dan akan menunjukkannya. Demikian juga kroscek leluhur itu dan kita cari buktinya. Selama ini selalu ketemu kok," tambah Agung.
Lewat cara tersebut, Agung mengklaim selalu berhasil menemukan benda-benda purbakala yang dicari. Mulai dari candi, artefak, hingga piramida di kawasan Bandung dan Garut yang menghebohkan itu.
"Kita juga mendapatkan bukti ada lapangan terbang di Sulawesi, landasan pacu dari batu andesit (batuan yang digunakan pada zaman megalitik) dalam jarak sekian ratus meter. Tidak ada sambungan batunya," kata Agung.
Kelompok ini juga mengaku sudah berhasil menemukan bahwa sejarah Nusantara tidak sekerdil sejarah yang tertulis di buku-buku pelajaran sejarah sekolah yang resmi atau literasi sejarah yang ada. Sebaliknya, ada bukti tanda-tanda purbakala 10.000 tahun sebelum Masehi.
Yayasan yang sering berkumpul pada malam Selasa Kliwon ini juga berhasil memetakan dan mendokumentasikan lebih dari 20 jenis aksara purba asli Nusantara yang dapat dipakai untuk membaca prasasti dan rontal-rontal kuno. Cerita mitos tentang keberadaan Kerajaan Hastina Pura, Kerajaan Ngamartalaya, Kerajaan Dahana Pura, Kerajaan Gilingwesi juga berhasil dibuktikan.
"Kami juga berhasil memetakan periodesasi terciptanya bumi sampai ke titik akhir menjadi 3 Jaman Kali Jaman Besar, dan setiap Jaman Kali kami bagi menjadi 7 Jaman Kala Jaman Sedang, dan 1 Jaman Kala kami bagi menjadi 3 Mangsa Kala Jaman Kecil," klaim Agung.
Nah, Agung juga memiliki penjelasan tentang metoda mistis yang digunakan selama ini. Menurut dia, pendekatan gaib ini bisa dilatih, selama tujuannya untuk mengungkap sejarah Nusantara.
"Pada dasarnya kecepatan pandangan mata manusia 50 gambar per detik. Artinya kalau ada sesuatu yang bergerak melebihi itu tidak akan tertangkap mata kita. Nah, kalau berpuasa dia merasakan waktu berjalan lebih lama. Ini namanya denotasi waktu. Kita dalam waktu 1 menit melihat jumlah frame gambar daripada orang normal," paparnya.
"Di Turangga Seta ini dipertahankan, supaya melihat lebih besar dari yang kita lihat. Bertemu dengan leluhur, Prabu Siliwangi misalnya. Kita bertanya keratonnya di mana. Lalu kalau nulis seperti apa. Kalau dia tidak tahu, berati pasti pasti demit. Kita selalu mengkroscek satu per satu," terangnya lagi.
Sayangnya, setiap temuan yayasan ini tidak diakui pemerintah. Berbagai upaya untuk meminta dukungan sudah dilakukan, namun tak mendapat sambutan positif. Agung menduga, hal ini terjadi karena 'metoda' yang mereka gunakan berbeda dengan pendekatan pemerintah.
"LIPI tidak mau ada penemuan berdasarkan menyan. Padahal kita pakai menyan," ucapnya. "Kita sudah berusaha melaporkan ke Arkenas (Badan Arkeologi Nasional), sudah 14 tahun ini, selalu membicarakan ke mereka, tapi nggak ada respons," sambungnya.
Sebenarnya.. metode apapun yang dilakukan sah-sah saja termasuk petunjuk gaib karena dari petunjuk gaib tersebut tinggal di-ikuti saja. Nanti kan terbukti dengan sendirinya apakah petunjuk tersebut benar atau tidak. Jika benar, tentu akan ketemu benda-benda bersejarah dan ini merupakan cara yang paling murah dibanding menggunakan peralatan teknologi yang memakain biaya tidak sedikit.
Sumber : detik.com
Misteri Terbaru Lukisan Leonardo da Vinci
Pemugaran lukisan berjudul "Virgin of the Rocks" berhasil mengungkapkan detail-detail yang selama ini sulit untuk dilihat secara kasat mata. Pemugaran itu juga menunjukkan bahwa lukisan tersebut dibuat sendiri oleh sang maestro, Leonardo da Vinci, tanpa bantuan asistennya, seperti yang sering diduga.
Demikian menurut pengelola museum National Gallery di London, Inggris, Rabu 14 Juli 2010. Museum itu mengerahkan tim untuk memugar lukisan Virgin of the Rocks, yang membutuhkan waktu selama 18 bulan.
Pemugaran itu diantaranya membersihkan lapisan pernis pada lukisan yang kualitasnya sudah jauh menurun sejak terakhir dipugar di penghujung dekade 1940-an sehingga membuat lukisan terlihat buram.
Pembersihan pernis lama tersebut memungkinkan para pakar untuk melihat lebih dekat goresan-goresan asli da Vinci melalui kuas. Pembersihan itu mengungkapkan gaya melukis da Vinci, terutama di bagian-bagian yang gelap. Ini memberi kesan bahwa da Vinci membuat goresan-goresan yang khas pada gambar bebatuan.
Restorasi itu juga menegaskan bahwa da Vinci tampaknya melukis sendirian dan sengaja membuatnya tidak selesai.
Proyek pemugaran menunjukkan adanya bekas sketsa tangan pada gambar malaikat hingga gambar kepala tokoh-tokoh utama di lukisan itu. Ini konsisten dengan karya-karya da Vinci lainnya.
Dikenal sebagai "perfeksionis sejati," da Vinci diduga meninggalkan lukisan itu dalam keadaan belum selesai karena saat itu dia berharap bisa menyelesaikannya di lain waktu. Demikian ungkap juru bicara museum, Thomas Almeroth-Williams.
Di masa lampau, para cendekia yakin bahwa da Vinci dibantu oleh sejumlah asisten saat mengerjakan Virgin of the Rocks. Ini berdasarkan asumsi adanya guratan-guratan yang terlihat berbeda.
Lukisan itu diduga dibuat antara 1491 hingga 1508. Pada 2005, menggunakan teknologi infra merah, para pakar menemukan dua bentuk sketsa yang tersembunyi di bawah permukaan lukisan. Bentuk yang satu tidak pernah dilukis, sedangkan yang lain mengungkapkan bahwa da Vinci berulang kali berubah pikiran atas subyek yang ingin dia gambar.
Setelah dipugar, lukisan itu sejak Rabu lalu dipamerkan kembali di National Gallery.
Sumber : Associated Press
Demikian menurut pengelola museum National Gallery di London, Inggris, Rabu 14 Juli 2010. Museum itu mengerahkan tim untuk memugar lukisan Virgin of the Rocks, yang membutuhkan waktu selama 18 bulan.
Pemugaran itu diantaranya membersihkan lapisan pernis pada lukisan yang kualitasnya sudah jauh menurun sejak terakhir dipugar di penghujung dekade 1940-an sehingga membuat lukisan terlihat buram.
Pembersihan pernis lama tersebut memungkinkan para pakar untuk melihat lebih dekat goresan-goresan asli da Vinci melalui kuas. Pembersihan itu mengungkapkan gaya melukis da Vinci, terutama di bagian-bagian yang gelap. Ini memberi kesan bahwa da Vinci membuat goresan-goresan yang khas pada gambar bebatuan.
Restorasi itu juga menegaskan bahwa da Vinci tampaknya melukis sendirian dan sengaja membuatnya tidak selesai.
Proyek pemugaran menunjukkan adanya bekas sketsa tangan pada gambar malaikat hingga gambar kepala tokoh-tokoh utama di lukisan itu. Ini konsisten dengan karya-karya da Vinci lainnya.
Dikenal sebagai "perfeksionis sejati," da Vinci diduga meninggalkan lukisan itu dalam keadaan belum selesai karena saat itu dia berharap bisa menyelesaikannya di lain waktu. Demikian ungkap juru bicara museum, Thomas Almeroth-Williams.
Di masa lampau, para cendekia yakin bahwa da Vinci dibantu oleh sejumlah asisten saat mengerjakan Virgin of the Rocks. Ini berdasarkan asumsi adanya guratan-guratan yang terlihat berbeda.
Lukisan itu diduga dibuat antara 1491 hingga 1508. Pada 2005, menggunakan teknologi infra merah, para pakar menemukan dua bentuk sketsa yang tersembunyi di bawah permukaan lukisan. Bentuk yang satu tidak pernah dilukis, sedangkan yang lain mengungkapkan bahwa da Vinci berulang kali berubah pikiran atas subyek yang ingin dia gambar.
Setelah dipugar, lukisan itu sejak Rabu lalu dipamerkan kembali di National Gallery.
Sumber : Associated Press
Langganan:
Postingan (Atom)